Tribun Roban Televisi - Batang, - Polemik dugaan pungutan dalam program Infak Jumat Peduli di SDN Cepoko Kuning Batang semakin memanas. Setelah ramai diperbincangkan, Siti Fatonah, S.Pd selaku Kepala Sekolah akhirnya buka suara dan mengakui adanya kelemahan dalam pengawasan sekolah terkait pengelolaan dana tersebut.
Diberitakan sebelumnya di media Tribunhits TV yang terbit pada tanggal 7/2/2025 berjudul "Diduga Oknum Guru SDN Cepoko Kuning Batang Intruksikan Infak Minimal Rp. 2.000 Di Grup WA Wali Murid, “Sumbangan atau Pungutan?" Kepala sekolah SDN Cepoko Kuning Kab Batang angkat bicara. Selasa, (11/2/2025).
Siti Fatonah, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SDN Cepoko Kuning ketika dikonfirmasi menjelaskan Kepala Sekolah membenarkan bahwa program Infak "Jum'at Peduli" memang sudah berjalan sejak ia menjabat. Ia juga menyampaikan sepengetahuannya untuk infak laporannya secara berkala tetapi untuk pastinya dia akan bertanya langsung kepada guru pemegang uang iuran infak tersebut.
Kami memang memiliki program Jumat Peduli sebagai bentuk kepedulian sosial, yang dihimpun oleh salah satu guru, untuk laporan sendiri saya rasa sudah laporan secara berkala, tapi untuk laporan yang disampaikan ke wali murid saya belum tau pasti. Nanti bisa kita tanyakan ke gurunya langsung. Kebetulan hari ini beliaunya masih ada kegiatan diluar" ungkapnya.
Lebih lanjut, Kepala Sekolah mengaku tidak mengetahui bahwa seorang oknum guru berinisial S yang diduga menginstruksikan untuk iuran Jum'at Peduli dalam Grup Whatsapp Wali Murid dengan nominal minimal infak sebesar Rp 2.000 kepada wali murid.
"Saya baru mengetahui informasi ini setelah ramai diperbincangkan. Saya tidak pernah memberikan arahan untuk menetapkan nominal infak. Jika memang ada guru yang menginstruksikan demikian, kami akan segera melakukan klarifikasi dan evaluasi," tambahnya.
Pengakuan ini justru semakin menimbulkan pertanyaan dikalangan wali murid. Jika Kepala Sekolah sendiri tidak mengetahui kebijakan tersebut, lalu siapa yang selama ini mengelola dana yang terkumpul?
Dalam pernyataannya, Kepala Sekolah juga mengakui adanya keteledoran dan kurangnya pengawasan terhadap guru dan staf. Ia menyesalkan bahwa situasi ini telah menimbulkan kegaduhan di kalangan wali murid.
"Saya mengakui bahwa ada keteledoran dalam pengawasan terhadap guru dan staf, sehingga terjadi situasi yang meresahkan. Ke depan, kami akan lebih memperketat pengawasan agar kejadian serupa tidak terulang," katanya.
Sebagai bentuk tanggung jawab, Kepala Sekolah meminta maaf secara pribadi kepada wali murid dan semua pihak yang merasa dirugikan akibat kegaduhan ini.
"Saya secara pribadi dan atas nama sekolah meminta maaf atas kegaduhan yang terjadi. Kami akan segera melakukan pembenahan agar kepercayaan masyarakat terhadap sekolah ini tetap terjaga," tegasnya.
Pernyataan Kepala Sekolah ini diduga justru semakin memicu reaksi keras dari sejumlah wali murid. Mereka mempertanyakan kemana sebenarnya dana infak yang telah terkumpul selama ini, jika tidak ada laporan yang jelas?
Hingga saat ini, pihak sekolah berjanji akan melakukan investigasi internal dan mengadakan pertemuan dengan komite sekolah serta wali murid guna membahas mekanisme infak agar lebih transparan ke depannya.
Namun, apakah langkah ini cukup untuk meredam keresahan wali murid? Ataukah justru membuka potensi dugaan penyalahgunaan dana lebih lanjut? (Red)